gadget

Minggu, 04 Juli 2010

Manfaat dan Kerugian Inseminasi Buatan

Teknik inseminasi buatan (IB) mungkin hanya ditujukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan saja seperti yang dilakukan oleh Lazzaro Spallanzani sebagai penemunya, apabila tidak dikenal manfaatnya sebagai alat untuk mengendalikan penyakit dan untuk menaikkan mutu genetik ternak. IB banyak dimanfaatkan untuk mencegah dan memberantas penyakit kelamin menular, seperti yang pernah dilakukan di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. IB juga digunakan bangsa Rusia untuk menaikkan mutu ternak secara upgrading.
Tetapi pada masa sekarang dan akan datang tampak bahwa IB merupakan teknik yang dianggap berhasil dalam bidang pemuliaan ternak. Metode-metode praktis telah dilakukan, dan pelayanan untuk menaikkan mutu sapi menguntungkan bagi para peternak. Peternak atau peternakan kecil dengan jumlah sapi betina yang sedikit dapat meningkatkan mutu ternaknya menggunakan IB menggunakan semen pejantan berdaya pembuahan sangat tinggi dan mutu genetik yang luar biasa dan juga peternak mau membayar lebih tinggi hanya untuk mendapatkan inseminasi yang memuaskan tentunya dengan harapan anak yang didapatkan berkualitas super.

Akan tetapi teknik IB ini mempunyai manfaat maupun kerugiannya, meskipun manfaat yang didapatkan jauh lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkannya.

Manfaat Inseminasi Buatan
Beberapa manfaat yang dapat dirasakan dalam penerapan IB ini adalah:
1. Inseminasi buatan (IB) sangat mempertinggi penggunaan pejantan-pejantan unggul. Daya guna seekor pejantan yang secara genetik unggul dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

2. Bagi peternak-peternak kecil seperti umum ditemukan di Indonesia, penggunaan IB sangat menghemat biaya disamping dapat menghindari bahaya dan menghemat tenaga pemeliharaan pejantan yang belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan.

3. Pejantan-pejantan yang digunakan dalam IB telah dilakukan seleksi secara teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan betina-betina dengan pejantan unggul.
Dengan lebih banyak betina yang dilayaninya dan dari turunan-turunan hasil perkawinan ini dapat lebih cepat diseleksi dan dipertahankan pejantan-pejantan unggul dan mengeliminir pejantan-pejantan jelek.

4. Penularan penyakit dapat dicegah melalui IB, dengan hanya menggunakan pejantan-pejantan yang sehat atau bebas dari penyakit, menghindari kontak kontak kelamin pada waktu perkawinan, dan membubuhi antibiotika ke dalam semen sebelum dipakai.
IB merupakan cara terbaik mencegah penyebaran penyakit veneral dan penyakit menular lainnya seperti Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis dan Trichomoniasis.

5. Karena hanya semen dengan fertilitas tinggi yang diberikan pada peternak, maka calving intervalnya dapat diperpendek dan dapat menurunkan kasus repeat breeder (kawin berulang bagi betina).
6. Keuntungan lainnya adalah memungkinkan perkawinan antara ternak yang sangat berbeda ukurannya, misalnya sapi Bali dapat dikawinkan dengan semen sapi Brangus, Simental maupun Limousin. IB juga dapat memperpanjang waktu pemakaian pejantan-pejantan yang secara fisik tidak sanggup berkopulasi secara normal. IB dapat menstimulir interese yang lebih tinggi dalam beternak dan praktik manajemen yang lebih baik. IB juga sangat berguna untuk digunakan pada betina-betina yang berada dalam keadaan estrus dan berovulasi tetapi tidak mau berdiri untuk dinaiki pejantan.

Kerugian Inseminasi Buatan
Selain manfaat dari IB ini sangat banyak terutama dalam meningkatkan mutu hasil ternak, akan tetapi harus juga diperhatikan kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh teknik IB ini. Kerugian-kerugiannya adalah:

1. Pelaksana yang terlatih baik dan terampil diperlukan dalam mengawasi atau melaksanakan penampungan, penilaian, pengenceran, pembekuan dan pengangkutan semen dan inseminasi pada ternak betina untuk mencegah penyebaran penyakit-penyakit kelamin menular yang dapat menjangkiti kelompok-kelompok ternak.

2. Kemungkinan besar IB dapat menjadi alat penyebar abnormalitas genetic seperti pada sapi, diantaranya cystic ovary, konformasi tubuh yang buruk terutama pada kaki-kakinya, dan kekurangan libido. Belum banyak penelitian tentang meningkatnya kejadian cystic ovary pada sapi perah yang sebagian besar disebabkan oleh penggunaan IB secara meluas.

3. Apabila persediaan pejantan unggul sangat terbatas, peternak tidak dapat memilih pejantan yang dikehendaki untuk mengikuti program peternakan yang diingininya. Dengan penggunaan seekor pejantan secara terus-menerus, kemungkinan besar akan terjadi “inbreeding” yang merugikan.
4. IB masih diragukan manfaatnya dalam mengatasi semua infeksi atau abnormalitas saluran kelamin betina, kalaupun ada, jarang terjadi.

5. Inseminasi intrauterine pada sapi yang bunting dapat menyebabkan abortus.

6. IB tidak dapat digunakan dengan baik pada semua jenis hewan. Pada beberapa spesies masih harus dilakukan penelitian sebelum IB dapat dipakai secara praktis

Fertilisasi yang terjadi pada telur dan IB pada ayam

Fertilisasi yang terjadi pada telur dan IB pada ayam

ILMU TERNAK/ nikmaropik

Biasa juga kita sebut sebagai kawin suntik,tetapi kedengarannya lebih ilmiah jika kita sebut IB alias inseminasi buatan. Secara meluas di petani, istilah IB ini rasanya baru terdengar pada awal tahun 90 an, padahal teknologi sudah lama dikenal dan diujicobakan pada industri pembibitan unggas ras. Mengapa teknik ini mendapat sambutan yang baik dari para petani ayam lokal ? Padahal industri pembibitan unggas ras sudah lama meninggalkan teknik ini.
Beberapa kelebihan teknik IB pada ayam lokal adalah:
1. Dapat diaplikasikan kapan saja kita mau memproduksi anak-anak ayam baik untuk pengganti babon yang ada sekarang, maupun untuk dijual apabila ada tetangga memesan.
2. Sangat cocok sekali dengan sistem pemeliharaan kandang batere.
3. Penanganan jago dan babon yang lebih intensif untuk meningkatkan mutu bibit.
4. Pelaksanaan IB relatif mudah dan murah.
5.
Beberapa kekurangan dalam teknik IB ayam lokal adalah:
1. Pelaksanaan harus hygienis, karena adanya kotoran dalam semen (mani) dapat membunuh spermatozoa.
2. Pelaksanaannya harus ditangani minimal oleh dua orang.
3. Pada waktu pengambilan semen: seorang memerah, yang lain memegang ayam jago.
4. Pada waktu inseminasi: seorang menyuntikan, yang lain memegang dan membuka kloaka babon.
5. Perlu waktu untuk memerah jago, minimal antara 30 detik – 1 menit per ekor dan untuk inseminasi, sekitar 30 detik – 1 menit per ekor.
6. Mungkin (tapi belum ada data pendukung yang baik) dapat menurunkan sedikit produksi karena “stress”, terutama pada beberapa waktu awal inseminasi dan mungkin akan kembali normal karena ayam sudah terbiasa.
Tips Melakukan IB:


Ba’da lohor (mulai jam 14.00) untuk menghindari: terbuang semen karena terdorong telur yang dukeluarkan (ayam akan bertelur sebagian besar paling lambat sebelum jam 12 siang) dan kerusakan spermatozoa karena sinar ultra violet. Dengan hati-hati penuh perasaan, untuk mengurangi “stress”
Hindari kontaminasi kotoran atau urine yang dapat merubah warna putih mutiara (semen yang baik) menjadi berwarna kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan. Disarankan tidak memberikan pakan 4-6 jam sebelum diperah.


MEKANISME FERTILISASI



Fertilasi diartikan sebagai berhasilnya satu spermatozoa (dari ayam jago) bertemu hidup-hidup engan sel telur (dari ayam babon) yang kemudian kedua sel tersebut akan berkembang menjadi suatu janin atau embrio sebagai bentuk sosok kehidupan individu baru anak ayam. Berapa sering ayam babon di IB untuk mendapatkan maksimum daya tunas ? Untuk satu kali IB (dengan kualitas semen yang baik, yang berisi spermatozoa 100 juta), babon akan terus menerus menghasilkan telur fertil selama rata-rata 12 hari periode fertil. Mengapa ini terjadi ? Kuncinya adalah spermatozoa, yang di IB-kan disimpan dalam “tabung penyimpanan sperma (“tubule”), semacam lekukan di dinding “oviduct” (baca ovidak) yang berdiameter dalam 0,002 mm sepanjang 0,4 mm. Sperma memasuki “tubule” pada D dan B dengan pergerakan sendiri sebagaimana adanya, tetapi bagaimana mereka keluar dari “tubule” belum ada manusia tahu. Memang masih merupakan misteri bahwa sperma mampu bertahan di dalam tubule selama itu padahal sangat sulit sekali menyimpan sperma di luar tubuh ayam. Sekitar 1 –2 juta sperma tertahan di dalam tubule setelah sebanyak 100 – 200 juta di IB-kan; sebagian besar sperma mati dalam vagina disebabkan oleh mekanisme pertahanan tubuhnya. Begitu keluar dari tubule, sperma secara pasif terdorong naik ke saluran infundibulum, dimana biasanya sel telur terbuahi. Faktor penentu keberhasilan fertilisasi adalah jumlah sperma yang terkumpul di sekeliling sel telur selama 15-20 menit setelah ovulasi (sel telur dilepaskan dari ovarium).


Spermatozoa yang memasuki telur harus menembus lapisan previtaline bagian dalam persis di atas lapisan telur yang baru dilepaskan (diovulasikan). Bukti menunjukkan bahwa adanya sekitar 100 lubang yang terkonsentrasi pada area seluas 2 mm di atas “piringan germinasi”. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa untuk suatu fertilisasi yang baik, untuk setiap telur membutuhkan sekitar 500 spermatozoa disekitar telur atau sekitar 10.000 spermatozoa tersedia dalam tubule dalam beberapa jam setelah di-IB-kan. Oleh karena itu pelaksanaan IB sebaiknya dilakukan berkali-kali selama pengumpulan telur. Namun ada juga babon-babon tertentu, yang lemah dalam menangkap spermatozoa, meskipun sudah dilakukan berkali-kali. Inidikasi ini juga terlihat pada sistem kawin alam dimana banyak babon yang tidak kawin sama sekali, sementara babon lain mempunyai beratus-ratus kali lebih banyak jumlah sperma dari yang dibutuhkan untuk menjamin fertilisasi yang baik.
Frekuensi terbaik dalam melaksanakan IB dilaporkan adalah dengan interval 5 hari dengan menghasilkan daya tunas (fertilitas) 73,45 % dibandingkan dengan interval10 hari, 71,83 % dan 15 hari 57,43%. Namun untuk memudahkan dalam mengingatkan kita sebaiknya seminggu dilakukan dua kali dan kita tetapkan misalnya setiap hari Senin dan Kamis. Produksi semen ayam kampung rata-rata mencapai 0,32 ml/ekor dengan konsentrasi sperma rata-rata 2,2 milyar/ml. Sementara ayam ras pedaging mencapai volume rata-rata 0,35 ml/ekor dan konsentrasi sperma 5,7 milyar/ml. Ayam ras petelur 0,15 ml/ekor dan 5 milyar sperma/ml. Informasi di atas memberikan gambaran jumlah babon yang bisa di IB (dengan rata-rata 0,03 ml semen per ekor) sebanyak 10 ekor, jika kita ingin meng-IB-kan sekitar 200 juta sperma/IB per ekor. Namun volume 0,03 ml secara praktis terlalu sedikit dan dapat menyulitkan dalam pelaksanaannya, oleh karena itu volume semen dapat diencerkan maksimum 10 kali dengan larutan NaCl fisiologis (untuk infus manusia) dan dapat diaplikasikan sebanyak 0,3 ml semen encer/IB per ekor.