gadget

Senin, 02 Desember 2013

Optimalkan Produksi Saat Heat Stress

Optimalkan Produksi Saat Heat Stress


Tubuh ayam, secara normal selalu menghasilkan panas tubuh, berupa panas metabolisme yang sering disebut heat increament. Seekor ayam petelur yang dipelihara di kandang baterai, yang mengkonsumsi ransum dalam jumlah normal dan tingkat produksi telur 80% mampu menghasilkan panas sebanyak 800 Kkal/hari. Jika populasi ayam yang dipelihara 10.000 ekor, maka panas yang diproduksi setara dengan panas yang dihasilkan dari pembakaran minyak sebanyak 231 liter. Sebuah jumlah yang fantastik, jika boleh sedikit humor, mungkin bisa dijadikan sebagai alternatif sumber energi baru.
Panas tubuh ayam tersebut akan dikeluarkan tubuh secara normal melalui 3 mekanisme, yaitu :
  • Konduksi, dengan cara menempelkan permukaan tubuh ke bagian kandang yang lebih dingin, misalnya lantai kandang maupun bagian sisi dari tempat minum
  • Konvensi, yaitu aliran udara membawa panas tubuh ayam
  • Radiasi, melalui proses elektromagnetik dimana panas bergerak dari permukaan yang lebih panas (tubuh ayam) ke permukaan yang lebih dingin tanpa sebuah media perantara, seperti aliran panas matahari ke bumi
Mekanisme pengeluaran panas tubuh ini akan berfungsi secara normal (optimal), saat ayam dipelihara pada zona nyaman (comfort zone), dengan suhu lingkungan kandang 25-28oC dan kelembaban 60-70%. Diluar kondisi ini, dengan suhu melebihi zona nyaman, maka respon ayam untuk mengeluarkan panas tubuh akan berubah.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, negara kita, Indonesia tercinta beriklim tropis, dimana seringkali ditemukan suatu kondisi yang kurang atau tidak nyaman bagi ayam.
Suhu kandang yang tinggi, lebih dari 28oC bukan suatu keadaan yang sulit ditemukan. Dan kondisi ini akan tentu saja akan menyebabkan ayam stres, dinamakanheat stress.

Tentang Heat Stress
Heat stress merupakan suatu cekaman yang disebabkan suhu udara yang melebihi zona nyaman (> 28oC) dan hal ini menjadi salah satu problematika utama di dunia perunggasan Indonesia. Stres ini dikarenakan ayam tidak bisa menyeimbangkan antara produksi dan pembuangan panas tubuhnya. Tidak hanya heat stress, suhu lingkungan yang berfluktuatif juga menjadi ancaman bagi produktivitas ayam.
Heat stress dapat terjadi dalam 2 bentuk, yaitu akut dan kronis. Bentuk akut terjadi saat suhu dan atau kelembaban meningkat drastis (terjadi tiba-tiba, red), sedangkan bentuk kronis dipicu kondisi meningkatnya suhu dan atau kelembaban dalam waktu yang relatif lama.
Ayam dewasa dengan berat badan yang lebih besar
lebih riskan mengalami heat stress dengan tingkat resiko yang lebih besar
Heat stress akan menimbulkan efek yang lebih besar pada ayam tua dibandingkan dengan ayam muda. Ayam dewasa mempunyai bulu yang telah sempurna dan kondisi ini akan mempersulit pembuangan panas tubuhnya. Selain itu, ayam dewasa juga memiliki ukuran tubuh lebih besar sehingga panas tubuh yang dihasilkan lebih banyak.

Gejala dan Mekanisme Heat Stress
Saat kondisi heat stress, ayam akan melakukan beberapa aktivitas sebagai respon terhadap suhu yang tinggi, diantaranya :
  • Memperluas area permukaan tubuh
Hal ini ditunjukkan ayam dengan melebarkan atau menggantungkan sayapnya. Usaha ayam ini kurang memberikan hasil yang optimal. Alasannya ialah suhu tubuh ayam dengan suhu lingkungan kandang tidak berbeda nyata, akibatnya aliran panas tubuh ke lingkungan kandang (secara radiasi) menjadi kurang optimal.
  • Melakukan peripheral vasodilatation atau meningkatkan aliran darah perifer (tepi), terutama pada bagian jengger, pial dan kaki
  • Panting
Panting atau bernapas melalui tenggorokan merupakan aktivitas khas yang ditunjukkan oleh ayam pada saat mengalami heat stress. Mekanisme ini sama halnya dengan mekanisme pelepasan panas pada manusia yang dilakukan melalui kelenjar keringat. Oleh karena ayam tidak mempunyai kelenjar keringat, makapanting menjadi mekanisme penggantinya.
Saat panting, ayam membuka mulut dan menggerakkan tenggorokannya sehingga ada aliran udara keluar masuk melalui kerongkongan. Akibatnya evaporasi meningkat. Panting yang dilakukan oleh ayam akan memberikan hasil yang efektif jika suhu udara panas dengan tingkat kelembaban yang rendah (udara kering), namun kurang efektif jika terjadi pada saat suhu tinggi namun udaranya basah (kelembaban tinggi).

Panting yang dilakukan ayam saat suhu tinggi merupakan teknik
pembuangan panas tubuh secara evaporasi
Ayam yang telah melakukan panting namun suhu tubuhnya tidak menurun akan menjadi lemah, pingsan, bahkan bisa terjadi kematian mendadak. Kematian akibat heat stress akan mulai terjadi saat suhu tubuh ayam mencapai 42oC atau lebih.

Perubahan bedah bangkai pada ayam yang mengalami heat stress antara lain dada berwarna keputihan

Akibat Heat Stress
Heat stress yang dialami oleh ayam pedaging akan mengakibatkan penurunan konsumsi ransum dan sebaliknya meningkatkan konsumsi air minum, nilai FCR memburuk dan tentu saja penurunan berat badan ayam. Selain itu, kematian, terutama pada ayam dengan berat badan yang besar bukan suatu hal yang sulit ditemukan. Sama halnya pada ayam petelur, stres panas akan mengakibatkan menurunnya feed intake dan meningkatnya water intake. Penurunan kualitas dan kuantitas telur menjadi resiko yang harus ditanggung oleh peternak, bahkan kematian. Besar kecilnya kerugian akibat heat stress dipengaruhi oleh umur, jenis dan berat badan ayam maupun periode dan tingkat heat stress yang dialami oleh ayam (suhu maksimum yang diterima ayam, lamanya cekaman dan kecepatan perubahan suhu udara).

Kematian akibat heat stress dapat mencapai 100% pada ayam pedaging umur 8 minggu
Bukan hanya penurunan produktivitas ayam, heat stress juga mengakibatkan sistem kekebalan tubuh melemah (bersifat immunosupresif). Jumlah total sel darah putih dan produksi antibodi menurun secara signifikan pada ayam petelur yang mengalami heat stress. Selain itu aktivitas limfosit juga menurun.
Saat ayam mengalami heat stress kelenjar hipofisa anterior mensekresikan adeno corticotropin hormon (ACTH) dalam jumlah yang berlebihan. Akibatnya korteks adrenalis akan terpicu untuk meningkatkat produksi hormon koltisol sehingga terjadi penurunan jumlah maupun perubahan jenis leukosit, yaitu sel eosinofil, basofil dan limfosit.
Tabel 1 menunjukkan pengaruh heat stress terhadap tingkat konsumsi ransum (feed intake), berat badan dan ukuran telur. Penurunan berat telur rata-rata sebesar 3 gram setiap peningkatan suhu (pada tabel) sehingga persentase jumlah telur yang berukuran sedang dan kecil bertambah. Feed intake dan berat badan menurun sesuai dengan peningkatan suhu kandang.
Penurunan feed intake mengakibatkan asupan nutrisi berkurang, termasuk protein kasar, lemak kasar (asam lemak linoleat) dan kalsium sehingga berat telur menjadi lebih ringan. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, produksi telur yang berhenti bukan suatu keniscayaan.
Kualitas kerabang telur juga terganggu pada saat suhu tinggi. Aktivitas ayam melakukan panting mengakibatkan perubahan (penurunan, red) konsentrasi CO2 di dalam darah sehingga proses metabolisme di dalam tubuh ayam pun berubah. Kondisi pH darah akan meningkat, menjadi bersifat alkalis dan kemampuan mengikat dan membawa kalsium yang diperlukan untuk pembentukan kerabang telur menjadi berkurang, akibatnya kerabang telur menjadi lebih tipis. Dan keadaan ini tidak bisa diperbaiki atau ditangani dengan penambahan suplai kalsium melalui ransum, tetapi dengan menurunkan suhu.
Aktivitas panting juga mengakibatkan kehilangan energi sebesar 540 kalori tiap gram air yang dibuang oleh paru-paru. Hal tersebut disebabkan ada peningkatan aktivitas otot pada saat panting. Akibatnya panas tubuh ayam semakin meningkat dan efisiensi energi menjadi berkurang sehingga efek yang ditimbulkan oleh heat stressmenjadi semakin besar.
Selain kalsium, fosfor menjadi salah satu komponen mineral dalam darah yang ikut terpengaruh akibat heat stress. Keadaan ini akan semakin memperparah akibat yang ditimbulkan, yaitu meningkatkan persentase kematian, terlebih pada ayam yang lebih tua dengan berat badan yang lebih besar.
Peningkatan konsumsi air minum saat ayam mengalami heat stress juga membawa konsekuensi tersediri, yang salah satunya ialah penurunan kualitas kotoran (menjadi lebih basah). Akibatnya penanganan feses menjadi lebih sulit dan pencemaran feses pada telur dan bulu ayam menjadi meningkat sehingga kualitas telur dan karkas ayam dapat menurun. Selain itu, kondisi feses yang lebih basah akan menyebabkan lalat lebih mudah dan cepat berkembang. Peningkatan kadar amonia juga dapat terjadi akibat feses yang basah, akibatnya kasus penyakit saluran pernapasan, seperti ngorok atau CRD lebih mudah terjadi.
Peningkatan konsumsi air minum pada saat suhu tinggi akan mengakibatkan konsistensi feses menjadi lebih encer bahkan berair. Akibatnya penanganannya relatif sulit dan dapat memicu peningkatan kadar amonia
Kondisi suhu yang tinggi juga mempengaruhi kestabilan kandungan nutrisi dalam ransum ayam, terutama vitamin. Vitamin merupakan mikronutrien essensial yang diperlukan dalam proses metabolisme di dalam tubuh ayam. Penurunan kadar vitamin ini akan berpengaruh terhadap produktivitas ayam.

Presdisposisi Heat Stress
Faktor yang dapat menyebabkan atau memicu terjadinya heat stress pada ayam antara lain :
1.  Potensi genetik yang tinggi
Ayam modern yang kita pelihara sekarang ini merupakan ayam hasil rekayasa genetika dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Ayam pedaging contohnya, memiliki kemampuan tumbuh secara cepat. Disatu sisi hal ini memberikan keuntungan bagi kita namun jika tidak ditunjang dengan manajemen pemeliharaan yang baik bukan suatu keniscayaan kerugian yang akan kita peroleh. Berat badan yang terlalu besar tanpa diikuti perkembangan organ dalam, seperti paru-paru, jantung, ginjal akan mengakibatkan meningkatnya kasus kematian mendadak yang disebabkan oleh heat stress, terlebih pada ayam yang lebih tua.
Pertumbuhan yang begitu cepat akan memberi konsekuensi tersendiri, terlebih lagi jika manajemen pemeliharaannya tidak tepat

2.  Sistem pengaturan suhu tubuh ayam
Tubuh ayam mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh secara homeothermik dimana suhu tubuh ayam tidak dipengaruhi suhu lingkungan. Selain itu, tubuh ayam tidak dilengkapi dengan kelenjar keringat yang diperlukan untuk mengeluarkan panas tubuhnya. Akibatnya, kasus heat stress menjadi relatif mudah ditemukan pada ayam

3.  Iklim di Indonesia
Indonesia memiliki iklim tropis dengan 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Saat musim kemarau, suhu lingkungan akan melewati batas zona nyaman (comfort zone). Ada fenomena khas dari daerah dengan iklim tropis, yaitu saat siang hari suhu lingkungan akan mencapai puncaknya (puncak atas, red) sedangkan kelembaban udaranya akan berada pada titik terendah (udaranya kering). Kondisi ini akan dirasakan oleh ayam sebagai suatu kondisi yang tidak nyaman atau ayam mengalami heat stress. Pada kondisi inilah, siang hari diperlukan manajemen kandang secara tepat, misalnya dengan menambahkan kipas atau blower.

4.  Manajemen kandang yang kurang baik
Sistem kandang ayam yang kita terapkan (baca peternak) sebagian besar berupa kandang open house (kandang terbuka), dimana suasana di dalam kandang sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Pemilihan bahan kandang, terutama atap dan kontruksi kandang yang kurang tepat akan menyebabkan kasus heat stress lebih mudah terjadi. Jarak antar kandang yang terlalu sempit atau dinding kandang yang bersebelahan dengan tebing akan mengakibatkan sirkulasi udara kurang baik.
Dinding kandang yang bersebelahan dengan tebing bisa memicu heat stress

5.  Kepadatan kandang yang kurang sesuai
Luasan kandang yang kurang atau terlalu sempit akan mengakibatkan kompetisi dalam memperoleh oksigen semakin tinggi. Selain itu, kondisi kandang akan menjadi semakin panas karena secara normal ayam juga menghasilkan panas tubuh.

6.  Kandungan nutrisi yang tidak sesuai kebutuhan
Pemberian ransum dengan kandungan nutrisi, terutama protein kasar yang berlebih bisa memperparah kasus heat stress. Kelebihan protein kasar akan diuraikan oleh tubuh ayam untuk dibuang bersama feses. Penguraian protein kasar ini akan menghasilkan panas tubuh yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pencernaan karbohidrat maupun lemak. Selain itu, protein kasar yang terbuang bersama feses akan diuraikan oleh bakteri yang ada di dalam feses menjadi amonia dan panas.

Penanganan Heat Stress
Setelah kita memahami tentang akibat dan faktor yang memicu terjadinya heat stress, tiba saatnya kita merencanakan metode pencegahan maupun penanganannya. Langkah pencegahan heat stress dilakukan dengan menekan atau menghilangkan faktor penyebabnya diantaranya :
Menciptakan suasana nyaman (comfort zone) bagi ayam, melalui :
  • Kandang dibangun dengan memperhatikan sistem sirkulasi udara yang baik. Pilih bahan atap yang mampu mereduksi (baca : mengurangi) panas. Jika perlu gunakan sistem atap monitor. Ada beberapa farm yang telah menambahkan sistem hujan buatan di atas atap yang digunakan saat kondisi suhu panas.
Sistem hujan buatan dan atap monitor yang diterapkan di salah satu kandang
Kandang sistem slat (panggung) dengan ketinggian 1,25-2 m akan membantu memperlancar sirkulasi udara. Penambahan blower atau kipas semakin meningkatkan kualitas udara di dalam kandang, hanya saja perlu diperhatikan kecepatan angin sebaik-nya tidak lebih dari 2,5 m/s. Selain itu, arah aliran anginnya juga harus searah
  • Perhatikan jarak antar kandang, jarak kandang dengan tebing maupun ketinggian pohon yang berada di sekitar kandang. Jarak antar kandang minimal 1 x lebar kandang (lebar kandang sebaik-nya tidak lebih dari 7 m)
  • Atur kepadatan kandang, misalnya 1 m2 untuk 15 kg ayam pedaging dan 8 ekor/m2 untuk ayam petelur umur 6-16 minggu. Data kepadatan kandang secara detail bisa dilihat pada manual management

Terapkan manajemen pemeliharaan yang baik, seperti :
  • Sediakan air minum yang berkualitas dalam jumlah yang cukup.
  • Berikan ransum dengan kandungan nutrisi yang sesuai dan atur distribusi tempat ransumnya
  • Atur sistem buka tutup tirai kandang, sesuaikan dengan kondisi cuaca
Saat kasus heat stress telah terjadi beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan kerugiannya, antara lain :
  • Evaluasi dan tangani penyebab heat stress
  • Saat ada beberapa ayam telah menunjukkan gejala terserang heat stress, segera lakukan evaluasi terhadap faktor penyebabnya, seperti suhu lingkungan, kepadatan kandang, maupun sistem sirkulasi udara. Lakukan penanganan sesuai dengan faktor penyebab heat stress.
  • Berikan tambahan blower, atur sirkulasi udara dan berikan “hujan buatan” saat suhu lingkungan melebihi zona nyaman
  • Hidupkan fan saat suhu meningkat melebihi zona nyaman
  • Perlebar sekat kandang untuk mengurangi kepadatan kandang. Saat heat stress kepadatan kandang dapat dikurangi 10%
  • Atur konsumsi air minum dan ransum
Saat suhu tinggi nafsu minum meningkat drastis, bahkan jika suhu mencapai 32oC konsumsi air minum bisa meningkat 50%. Suhu air minum yang baik adalah 20-24oC. Berikan air minum dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang cukup, begitu juga ransumnya.
  • Atur distribusi tempat air minum (TMA) dan kontrol ketersediaan air secara berkala (terutama jika menggunakan TMA manual)
Jika perlu tambah jumlah TMA dan distribusinya diatur sehingga tidak mempersulit ayam untuk mengaksesnya
  • Saat kondisi panas kurangi jumlah ransum yang diberikan dan beri-kan ransum saat suhu menurun. Perlu diperhatikan jumlah ransum yang diberikan harus sesuai standar, hanya saja waktu pemberiannya yang diubah. Jika perlu ransum diberikan pada malam hari dengan memberikan tambahan pencahayaan
  • Berikan nutrisi tambahan
Suplai elektrolit dan vitamin perlu ditambahkan saat heat stress, baik melalui air minum atau ransum. Vita Stress dan Vita Strong menjadi pilihan produk yang dapat diberikan saat heat stress. Vitamin yang terkandung pada kedua produk ini diperlukan untuk menjaga proses metabolisme tubuh tetap optimal. Vitamin yang diperlukan saat heat stress antara lain vitamin C, E, K, biotin, riboflavin dan D. Sedangkan elektrolit diperlukan untuk menjaga kestabilan pH darah yang terganggu akibat menurunnya kadar CO2 di dalam tubuh ayam. Selain itu elektrolit juga membantu meningkatan retensi air dan mencegah dehidrasi
  • Tingkatkan biosecurity
Saat suhu tinggi, perkembangan bibit penyakit di dalam paralon air minum menjadi lebih cepat. Oleh karenanya jadwal pembersihan dan desinfeksi saluran air minum sebaiknya ditingkatkan. Begitu juga desinfeksi kandang. Saat ada ayam pilih desinfektan yang aman, seperti AntisepNeo Antisep atauMedisep. Jika di dalam saluran air minum telah terbentuk lapisan atau kerak (disebut biofilm yang merupakan tempat perkembangan bibit penyakit yang baik) sebaiknya dilakukan flushing dengan menambahkan H2O2 atau ozon. Pada kondisi itu, desinfektan tidak dapat bekerja secara optimal.
Mengerti tentang heat stress dan menerapkan manajemen penanganannya secara tepat akan menekan kerugian yang ditimbulkannya. Selamat berkarya dan sukses selalu. Salam.

Info Medion Edisi Juli 2008 

Sumber : http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-laksana/produksi-saat-heat-stress

SEBUTIR TELUR, SEEKOR ANAK AYAM

Hatchery sebagai salah satu rangkaian usaha pembibitan merupakan pintu utama sebelum DOC dipasarkan. Guna menghasilkan DOC yang berkualitas, perlu ada seleksi ketat yang dilakukan bertahap agar diperoleh keseragaman produksi yang muaranya adalah kualitas. Penentuan kualitas DOC dimulai dari grade, umur indukan, berat telur, proses penetasan, packing dan terakhir suara pelanggan. Inti dari seleksi tersebut adalah mencapai keseragaman, baik untuk mendapatkan telur tetas maupun di level budidaya.
Keseragaman kualitas telur tetas juga memengaruhi kinerja mesin. Telur dengan berat dan ukuran sama akan memudahan setting dan kontrol yang berimbas pada produksi panas dari mesin tetas akan lebih merata dan stabil.
Dalam hal grade, setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda. Penentuan grade DOC biasanya berdasarkan usia indukan yang bisa disimpulkan menjadi bibit muda, menjelang puncak produksi, puncak produksi dan menjelang penurunan produksi atau disebut bibit tua.
Disamping berdasarkan usia indukan, grading juga bisa ditentukan dari perkembangan fisiologis ayam. Meski umur indukan sudah masuk dalam grade usia tertentu, namun jika berat telur tetasnya tidak sesuai standar maka pihak hatchery dapat memutuskan telur tersebut tidak ikut ditetaskan. Namun jika merujuk pada Standar Nasional Indonesia (SNI) maka berat DOC FS minimal 37 gram atau 65% dari berat telur tetas. Berdasar SNI pula, setiap bibit yang dihasilkan harus bebas pullorum.
Dalam hal prosedur packing DOC dan pendistribusian yang baik, harus dilengkapi data-data yang sesuai dengan yang tertera di box DOC. Data tersebut meliputi strain, jumlah, tanggal menetas, garansi bebas penyakit pulorum dan petugas penentuan grade DOC. Pada box DOC sesuai standar kebutuhan seperti ventilasi, kepadatan dan keselamatannya. Selain itu, alat transportasi pengiriman DOC dilengkapi dengan peralatan ventilasi untuk menjaga kenyamanan anak ayam selama dalam pengiriman dan pengiriman DOC segera setelah packing selesai.
Meski begitu, pencapaian kualitas yang baik tidak dapat diraih jika tidak menerapkan biosekuriti terutama untuk hal sanitasi dan fumigasi. Sebelum menjadi DOC, telur tetas sudah mengalami beberapa kali sanitasi dan fumigasi mulai dari seleksi di kandang hingga selama proses penetasan. Fungsinya adalah membunuh bibit penyakit dan mencegah tumbuhnya jamur Aspergillus.
Telur tetas yang berasal dari kandang indukan harus diseleksi dengan kualifikasi bukan telur inap dan tingkat kekotoran. Bahkan telur yang meski tingkat kekotorannya masih ditoleransi tetap dikelompokkan tersendiri agar tidak “mengganggu” kualitas telur yang lain.
Selama proses penetasan sistem ventilasi juga harus diperhatikan. Kipas penarik udara dari luar harus dipastikan bekerja normal. Jika tidak, udara yang diambil juga udara panas Pemanasan yang tidak merata atau terlalu panas akan membuat DOC tetas prematur. Imbasnya, jarak waktu pull chick juga lebih panjang. DOC yang terlalu lama di penetasan akan mengalami dehidrasi, kaki kering dan selanjutnya memengaruhi keseragaman dan pertumbuhan di level budidaya. Faktor yang lain adalah memperhatikan titik krusial dalam penetasan, yakni tiga hari sebelum menetas di mana mulai berfungsinya paru-paru sebagai organ pernafasan. Pada saat itu, sirkulasi udara dan fluktuasi suhu di dalam hatchery harus benar-benar terkontrol dengan baik.
Dan terakhir adalah suara konsumen, baik buruknya kualitas DOC yang dihasilkan suatu breeding farm adalah mampu menujukkan performanya ketika dipelihara. Jika selama dipelihara memiliki performa yang buruk, maka perlu ada intropeksi terhadap manajemen budidaya. Oleh karenanya, perlu ada standarisasi selama budidaya terutama mulai DOC datang hingga selama fase brooding. Namun jika semua hal yang dilakukan oleh peternak sudah benar, maka perlu ada kontrol di level breeding. Hsn.
Sumber : http://poultryindonesia.com/modules.php?name=News&file=article&sid=1451